Konten [Tampil]
Akhir-akhir ini berbagai kemudahan terus bermuculan, salah satunya adalah kemudahan menonton film :). Bebrbagai aplikasi muncul berlomba-lomba menggoda, akhirnya berjam-jam waktu dihabiskan didepan layar. Salah satu film yang kutonton dalam beberapa waktu terakhir ini adalah sebuah film besutan Disney yang diadapasi dari animasi yang berjudul sama tapi entah kenapa ketika menyaksikan film ini terlintas bahwa memang ternyata perempuan itu selalu dituntut unutk memenuhi standar tertentu. Dari film Imperfect: Karir, Cinta & Timbangan yang merupakan adaptasi dari buku Meira Anastasia dan disutradarai leh Ernest Prakasa ini menurutku juga terlihat hal semacam ini.
Sebelumnya aku ingin memberikan sebuah desclimer bahwa tulisan ini bukan dibuat untuk membandingkan film Imperfect: Karir, Cinta & Timbangan dan film Mulan. Tulisan ini hanya akan berisi pemikiran seorang penonton awam yang tercetus setelah menyaksikan kedua film ini (tidak dalam waktu bersamaan).
Sinopsis Film Mulan
Mengisahkan tentang seorang Perempuan bernama Mulan yang hidup pada masa kekaisaran Cina. Ketika itu kekaisaran diserang oleh bangsa Huan, sehingga diwajibkan bagi setiap keluarga mengirimkan satu pria untuk ikut berperang.
Kebetulan saat itu dalam keluarga Mulan tidak ada anggota keluarga pria selain ayahnya yang sakit keras. Demi menyelamatkan nyawa sang ayah dan menjaga martabat keluarganya, Mulan memutuskan menggantikan ayahnya.
Ia berhasil bergabung dalam pasukan militer, bahkan menjadi salah satu prajurit unggul. Namun penyamarannya tidak berjalan mulus, karena ia menyadari bahwa kejujuran merupakan salah satu pilar yang harus dijunjung tinggi oleh seorang prajurit.
Sinopsis Film Imperfect: Karir, Cinta & Timbangan
Imperfect adalah kisah seorang gadis bernama rara, yang terlahir dengan gen gemuk dan kulit sawo matang, warisan sang ayah. Sementara, adiknya Lulu mengikuti gen ibu mereka Debby yang merupakan mantan model tahun 1990-an.
Rara bekerja sebagai manajer riset di sebuah perusahaan kosmetik. Ia kerap mendapatkan perlakuan body shaming dari lingkungannya. Meski mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari lingkungan sekitar, namun Rara mencintai pekerjaannya. Untung ada Dika, kekasih yang mencintai Rara apa adanya. Suatu hari, muncul peluang bagi Rara untuk naik jabatan di kantor, tapi atasanya mengharuskan Rara mengubah penampilannya jika ia ingin naik jabatan.
Perjalanan Rara mengubah penampilan dan segala macam dilemanya merupakan inti dari film ini.
Standar Wanita
Dari kedua film ini digambarkan bagiamana wanita selalu diliputi standar yang diciptakan oleh masyarakat.
Di film Mulan ini misalnya, wanita pada masa itu diharuskan untuk lemah lembut karena hal ini Mulan harus menyembunyikan passionnya yaitu kekuatan chinya. Apa bila tidak memenuhi standar terseut maka perempuan tersebut dalam hal ini tokoh Mulan terancam akan sulit menikah.
Sedangkan di Film Imperfect: Karir, Cinta & Timbangan standar tersebut cenderung pada sesuatu yang fisikal. Yaitu pada bentuk tubuh, dimana tokoh film ini yaitu Rara dikucilkan karena bentuk tubuhnya tidak memenuhi standar ideal dalam lingkungannya.
Standar Yang Benar
Dalam film Mulan hal ini terlihat dari Xian Lang (karakter penyihir) dimana ia memutuskan untuk keluar dari standar itu, namun dengan mengikuti jalan yang salah, namun ia kemudian menyadari bahwa jalan tersebut salah karena melihat pejalanan Mulan yang tetap berda di Jalan yang baik dan berhasil menemukan tempatnya.
Pada film Imperfect, Rara yang masuk dalm standar itu malah mengubah identitasnya. Jalan yang dipilhnya itu membuatnya tidak menjadi dirinya sendiri.
Kesimpulanya sih, dalam kehidupan ini sebuah standar adalah keniscayaan. Namun dari keduanya aku mendapati bahwa standar itu yang paling benar adalah kebaikkan. Kita (wanita) tidak harus selalu memaksa diri untuk masuk dalam standar yang tercipta dalam masyarakat. Boleh saja menjadi diri sendiri asalkan tetap dalam koridor kebaikan.
Menurutku Salah juga kalau kita memaksakan diri untuk keluar dari standar kebaikan itu dengan mengatasnamakan menjadi diri sendiri, karena pada hakikatnya hidup ini ada aturannya.
review sekaligus opini yang menarik....
BalasHapussetuju, wanita tidak harus terbelenggu standar....
Film imperfect ini kaya film drakor ya. Apa emang adaptasi dari drakor gak ngerti deh. Yang ini dan film drakornya udh aku tonton dan jalan ceritanya memang sama persis.
BalasHapusYaa.. Setuju nih. Karena memang kebaikan adalah ukuran standar yang sebenarnya. Jadi, nggak usah terlalu pusing mikirin standar sana sini. Takut dikucilkan, dibully, daaan sebagainya, hehe..
BalasHapusKenyataannya dimasa sekarangpun wanita dikaitkan selalu dengan standar dan perihnya sering wanita melakukan body shaming terhadap sesama wanita.. huhuhu. Aku belum pernah nonton Imperfect. Jdi tau sedikit nih ceritanya. Tq
BalasHapusWaduh. Memang selalu ada "standar" yang diterapkan. Bukan cuma di era Mulan, bahkan hingga saat ini
BalasHapusIyaa juga yaah. Aku nangis loh nonton imperfect. Berhasil menyentuh titik sensitifku kayaknya tuh film. Mulan jugaa. Huhuu.
BalasHapusSudah lihat filmnya mom, dan aku suka banget keduanya :) kalau aku tim imperfect sih, biar cinta film indonesia :)
BalasHapusSuka kak, jadi pengen nonton Mulan
BalasHapusSetuju kak, seorang perempuan jangan sampai keluar dari standar kebaikan.
BalasHapusStandar dan parameter juga harus jelas seperti apa. Tentu kalau saya pribadi jadi perempuan yang baik sesuai norma2 agama, sosial, negara dan budaya setempat ya
BalasHapusKebetulan sudah nonton dua-duanya dan jujur sih, Mulan adalah Princess Disney favorit saya banget mkwkw. Kalau IMPERFECT, memang film Ernest terbaik kedua buat saya setelah CTS. Setuju, baik Rara dan Hua Mulan sama2 hidup dalam kondisi lingkungan yang punya standar sendiri. Padahal setiap perempuan bisa bersinar dengan caranya sendiri
BalasHapussetuju banget kak sama poin di close statementnya. memang apapun yang kita lakukan baiknya harus dalam koridor yang benar dan jalan kebaikan pula.
BalasHapusaku suka imperfect, emosionalnya dpt sih, relate sama kehidupan nyata jugaaa soalnya
BalasHapus