Konten [Tampil]
Bulan lalu ketika angin dari timur menghembuskan kabar akan datangnya hujan.
Kita acuh dengan membusungkan dada sembari berseloroh “Rumah ini kokoh!,
kita bahkan sering bersendagurau dengan badai hujan takan jadi masalah”.
Lalu seluruh penghuni rumah mulai menertawakan tentang hujan tersebut,
tak sedikit dari kumpulan ini mencipta anekdot tentang betapa hebatnya selama ini telah berteman dengan badai
Kemudian minggu lalu, isu tentang rumah kita yang tak tampias hujan sampai kepada para tetangga.
Mereka berhitung dengan ilmu pasti, mengukur kekuatan tembok kokoh yang kita banggakan.
Hasil perhitungan itu membuat seisi rumah marah,
betapa tidak tempat tinggal yang kita banggakan nyatanya diperkirakan telah bocor
sana sini padahal dengan mata kepala sendiri tak terlihat bahkan setetes air merembes masuk.
Lalu beberapa hari kemudian ditemukan setetes air itu datang membasahi salah satu sudut rumah.
Dengan angkuhnya kita masih sanggup menyombongkan diri. Menceritakan betapa kuatnya kita sehingga ini takan membuat mati.
Lantas kita tetap saja angkuh melenggang di jalan-jalan.
Hari ini, seisi rumah masih gaduh karena ketakutan. Air nyaris setinggi lutut di halaman kita.
Telah hanyut ribuan penghuni rumah kedalam liang kubur.
Kini tinggalah terdengar sayup-sayup harap dari kisi-kisi rumah agar air segara surut.
(#3)
Puisi ini pernah tayang di Baceday.com edisi bulan Mei 2020
Posting Komentar
Posting Komentar
Terimakasih telah membaca, bagaimana menurut mu ? Berkomentar tidak disarankan dengan anonim ya, biar bisa silahturahmi 🤭