Konten [Tampil]
Satu, ditandai sebagai awal.
Kala dimana mulai memberanikan diri untuk pergi. Meski dengan langkah tertatih nan gontai. Bertahan dengan serangan bujuk rayu yang menyusup keteguhan hati yang nyatanya belum teguh. Sisi lain kewarasan pikirmu bertarung untuk mencegah bagian hitam itu terbangun dan menuntut kembali pada titik yang mengungkung nyaman itu, sebab ia telah menernakan lalai.
Dua, adalah klimaks saat keraguan mencapai puncaknya. Dilema akan selalu menyergap melahirkan bimbang di tengah dua atau tiga kemungkinan. Jika sudah sampai pada suatu pilihan maka sebaiknya timbang kembali, lalu jika sudah bulat nikmatilah kurva kesengsaraan itu melandai sebelum sampai pada hitungan selanjutnya.
Tiga, ucapakan selamat datang pada angka terakhir.
Bagian ini akan menyisakan dua pilihan: sesal atau antonimnya yang tak dapat didefinisikan.
Jika yang hadir adalah penyesalan maka selamat kamu harus kembali berziarah ketitik awal, tapaki kembali jejakmu temukan lokasi dimana keiklasan tertinggal baru kemudian siap melanjutkan hitung-hitunganmu ke angka yang lain.
Terimakasih telah membaca, ayo baca puisi lainya
Jadi berpikir, hidup itu seperti berhitung, tanpa tahu sampai angka berapa hitungan kita habis.
BalasHapusAh... Ngeri jadinya...😩
Iya bayanginnya aja ngeri 😥
Hapus